Olahraga dan pola makan yang sehat memang penting, tetapi itu saja
kadang tidak cukup karena suasana hati juga mempengaruhi kesehatan.
Seperti terungkap dalam sebuah penelitian, seseorang cenderung
sakit-sakitan saat sedang kesepian.
Dalam beberapa penelitian terdahulu, terbukti bahwa orang lanjut usia (lansia) yang sudah ditinggal pergi pasangannya lebih rentan sakit-sakitan. Selain ketahanan fisiknya memang menurun, rasa kesepian akan semakin memperburuk kesehatan para lansia.
Bagi anak-anak muda yang belum punya ikatan resmi dengan pasangannya, mungkin mudah untuk move-on dan mencari pasangan baru. Namun tidak demikian dengan sebagian besar dari para lansia, yang tentu punya lebih banyak pertimbangan untuk menghabiskan sisa hidupnya seorang diri.
Lalu apakah tidak ada yang bisa dilakukan untuk menangkal efek negatif dari kepergian sang pasangan, minimal agar kesehatannya tidak terlalu banyak terpengaruh?
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Prof Carsten Wrosch dari Concordia's Department of Psychology menunjukkan bahwa penangkal efek kesepian tersebut adalah berpikir positif. Dengan menghindari pikiran negatif, kesehatan para lansia akan lebih terjaga.
Hasil pengamatan selama kurang lebih 6 tahun terhadap 122 lansia membuktikan hal itu. Para lansia yang hidup sendiri di sisa hidupnya cenderung lebih jarang terjangkit penyakit kronis yang mematikan, selama pikirannya terjaga untuk selalu positif.
Pikiran positif menurunkan produksi kortisol, yang selama ini dikenal sebagai hormon stres. Demikian juga dengan kadar C-reactive protein (CRP) yang berhubungan dengan peningkatan risiko diabetes, hipertensi dan penyakit jantung, kadarnya juga tampak menurun.
"Lansia bisa diajari untuk mengembangkan pikiran positif untuk hal-hal yang berhubungan dengan kesehatannya sendiri. Itu bisa berarti kualitas hidup yang lebih baik, baik secara fisik maupun mental," kata Prof Wrosch seperti dikutip dari Health24,
Dalam beberapa penelitian terdahulu, terbukti bahwa orang lanjut usia (lansia) yang sudah ditinggal pergi pasangannya lebih rentan sakit-sakitan. Selain ketahanan fisiknya memang menurun, rasa kesepian akan semakin memperburuk kesehatan para lansia.
Bagi anak-anak muda yang belum punya ikatan resmi dengan pasangannya, mungkin mudah untuk move-on dan mencari pasangan baru. Namun tidak demikian dengan sebagian besar dari para lansia, yang tentu punya lebih banyak pertimbangan untuk menghabiskan sisa hidupnya seorang diri.
Lalu apakah tidak ada yang bisa dilakukan untuk menangkal efek negatif dari kepergian sang pasangan, minimal agar kesehatannya tidak terlalu banyak terpengaruh?
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Prof Carsten Wrosch dari Concordia's Department of Psychology menunjukkan bahwa penangkal efek kesepian tersebut adalah berpikir positif. Dengan menghindari pikiran negatif, kesehatan para lansia akan lebih terjaga.
Hasil pengamatan selama kurang lebih 6 tahun terhadap 122 lansia membuktikan hal itu. Para lansia yang hidup sendiri di sisa hidupnya cenderung lebih jarang terjangkit penyakit kronis yang mematikan, selama pikirannya terjaga untuk selalu positif.
Pikiran positif menurunkan produksi kortisol, yang selama ini dikenal sebagai hormon stres. Demikian juga dengan kadar C-reactive protein (CRP) yang berhubungan dengan peningkatan risiko diabetes, hipertensi dan penyakit jantung, kadarnya juga tampak menurun.
"Lansia bisa diajari untuk mengembangkan pikiran positif untuk hal-hal yang berhubungan dengan kesehatannya sendiri. Itu bisa berarti kualitas hidup yang lebih baik, baik secara fisik maupun mental," kata Prof Wrosch seperti dikutip dari Health24,